Friday, September 16, 2016

Ahok Disarankan untuk Kerja, Jangan Sibuk Kritik Sepak Terjang Lawan Politiknya

 Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengkritik sikap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok terkait pendapatnya tentang lawan politik yang bersifat pribadi.

Pendapat Ahok antara lain kepada Sandiaga Uno dan Yusril Ihza Mahendra. Kepada Sandiaga Uno, Ahok meminta Sandiaga tidak usah banyak bicara karena belum pernah menjadi pejabat pemerintah.
Sementara kepada Yusril, Ahok menyebut bahwa pakar hukum tata negara itu merupakan pengacara dari seseorang yang sudah dianggap salah.
Yunarto mengakui gaya komunikasi Ahok selama ini low context, reaktif dan konfliktual. Gaya itu terlihat dari beberapa persoalan dengan DPRD DKI Jakarta dan lainnya.
"Saya harus kritisi keras. Seorang incumbent, tingkat elektabilitasnya tinggi bukan karena komunikasi, tapi kinerja," kata Yunarto saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Jumat (16/9/2016).
Saat ini, tingkat kepuasan terhadap kinerja Ahok diakui cukup tinggi dan mencapai 70 persen. Namun, ekektabilitas Ahok cenderung bersifat statis. Elektabilitas Ahok berkisar di angka 40 pesen hingga 50 persen.
Menurut Yunarto ada beberapa sebab tidak linearnya antara elektabilitas Ahok dengan tingkat kinerja. Selain karena politik identitas, juga karena argumen terhadap lawan politik Ahok.
"Seringkali jadi bumerang untuk Ahok. Perlu diketahui, kelemahan Ahok seringkali tempramen terhadap lawan politik," ucap Yunarto.
Padahal, kata Yunarto, kalau Ahok diam dan tetap bekerja sesuai kepuasan publik, sudah komposisi pas. Sikap Ahok yang kian memberikan pendapat tentang latar belakang pribadi lawan politiknya dinilai membuat Ahok menjadi calon gubernur biasa, bukan petahan.
Untuk itu, Yunarto menyarankan, gaya komunikasi Ahok sejalan dengan kinerja. Ahok diminta fokus dengan pola pikir selama ini.
"Fokus bicara pekerjaan, bukan sepak terjang lawan. Itu tak akan tambah prestasi incumbent," ucap Yunarto.

No comments:

Post a Comment