Siluet juru kamera berlatar belakang layar monitor tentang hasil suvei Lemabag Survei Nasional (LSN) mengenai elektabilitas calon presiden dan calon wakil presiden di Jakarta Pusat, Kamis (12/6/2014). Berbeda dengan lembaga-lembaga survei lainnya, LSN menempatkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Prabowo Subianto - Hatta Rajasa unggul atas lawannya pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla. Dari hasil survei itu, sebanyak 46,3 persen mengaku akan memilih Prabowo-Hatta dan 38,8 persen yang mengaku akan memilih pasangan Jokowi-JK dan sebanyak 14,9 persen menyatakan belum punya pilihan.
KOMPAS.com — Dalam suatu perjalanan, seorang sopir taksi tiba-tiba mengajak berbincang soal politik. Pada tahun politik, isu ini bukan cuma milik elite. Dan, memang begitu seharusnya.
"Mbak milih di mana?" tanya si bapak sopir taksi, Suparman (56), Senin (30/6/2014), membuka percakapan di tengah macetnya jalanan Ibu Kota.
"Di Jakarta, Pak. Bapak di mana?" saya balik bertanya.
"Mbak warga Jakarta? Saya ya di sini juga, enggak mungkin pulang kampung, duitnya buat pulang Lebaran. Baru kelar ngurus A5 kemarin," katanya.
Selanjutnya, ia mengisahkan, baru kali ini semangat ingin menggunakan hak pilihnya. "Dulu-dulu males. Yang menang udah ketebak. Kali ini, siapa pun yang menang, pemimpin baru buat kita," ujar dia.
Dinamika di tengah sesama sopir taksi pun dikisahkan Suparman. Menurut dia, perdebatan yang terjadi antara pendukung kubu yang satu dan yang lain tak "sepanas" pemilu-pemilu sebelumnya.
"Justru rame. Asal enggak sampe gontok-gontokan. Kalau sopir taksi kumpul, ada yang dukung satu, ada yang dua. Berdebatrame banget. Ya enggak apa-apa, semua bebas berpendapat, asal enggak sampe berantem," katanya sambil tertawa.
Tak usah disebut pasangan mana yang dipilihnya. Terpenting, motivasi dan apa harapannya untuk Indonesia pasca pemilu.
"Setiap rakyat kan punya harapan bisa hidup lebih sejahtera, siapa pun pemimpinnya. Sederhana saja," ujar dia.
Menurut Suparman, antusiasme nyoblos tak hanya dirasakanya. Sejumlah rekannya, bahkan ada yang memilih pulang kampung supaya bisa menggunakan hak pilihnya.
"Karena banyak yang ngurus, tapi belum berhasil. Daripada enggak bisa nyoblos, mereka katanya mau pulang kampung," kata Suparman.
Semangat Suparman dan mereka yang tak ingin kehilangan hak pilihnya selayaknya muncul dalam setiap pesta demokrasi. Mereka ambil bagian untuk memilih pemimpin negeri dan tak berdiam diri. Selamat memilih!
No comments:
Post a Comment