TEMPO.CO, Jakarta
- Lurah Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Susan Jasmine Zulkifli,
membereskan barang-barang di atas meja kerjanya pada Jumat sore, 4 Juli
2014. Ia lalu mengenakan jaket kulit hitam untuk menutupi kebaya yang
dikenakannya. "Ayo pulang, saya naik kereta hari ini," kata Lurah
Lenteng Agung Susan Jasmine, kepada Tempo.
Lurah Susan beranjak keluar dari ruangannya di lantai dua menuju ke bawah. Tampak ruangan pelayanan sudah gelap dan sepi. Para pegawai kelurahan sudah pulang. Seorang perempuan yang juga anak buah Lurah Susan nangkring di atas sepeda motor matik, menunggunya di depan kantor. "Saya nebeng anak buah saya sampai stasiun. Kebetulan searah," ujarnya tersenyum singkat. (Baca: Lurah Susan 'Mengurung Diri' Sampai 9 Juli)
Setiap Jumat, Lurah Susan memang tak pernah membawa mobil dinas yang biasa disetirnya sendiri. Sebab, sejak pemerintahan Gubernur Joko Widodo (non-aktif) dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, semua PNS di bawah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dilarang membawa mobil pribadi/dinas dan diwajibkan menggunakan transportasi publik. Tak hanya itu, kebijakan lainnya juga mengharuskan PNS perempuan mengenakan pakaian kebaya setiap hari Jumat.
Lurah Susan kemudian pergi dan pulang bekerja naik kereta rel listrik (KRL) Commuter Line dari rumahnya di kawasan Jakarta Pusat menuju Lenteng Agung. Gerbong favoritnya adalah gerbong perempuan yang paling depan. "Lebih praktis dan cepet duluan sampai," kata perempuan berusia 44 tahun itu.
Bagi Lurah Susan, kebiasaan naik kereta sedikit meringankannya dari aktivitas menyetir mobil yang membuatnya kelelahan. Sebab, jika lagi apes, waktu tempuh perjalanan pulang bisa sampai tiga jam, sedangkan naik kereta hanya 30 menit. "Saya pernah kena macet di Kuningan, tiga jam baru nyampe rumah. Capeknya ampun," ujarnya.
Akan tetapi, mengendarai mobil dinas memang masih menjadi pilihan utama perempuan berkacamata itu. Menurut dia, meski harus menyetir sendiri, berkendara dengan mobil akan memudahkannya jika harus mengikuti undangan-undangan rapat mendadak di luar kantor. "Saya tidak pakai sopir, suka enggak betah. Lebih enak nyetir sendiri, kadang bisa ngebut," kata perempuan berdarah Minang dan Manado itu tertawa.
MUNAWWAROH
No comments:
Post a Comment