INILAHCOM, Jakarta – Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama disebut-sebut meragukan atasannya, Gubernur DKI Joko Widodo mampu memenangi pemilihan presiden bulan Juli mendatang. Apakah itu pertanda Ahok mulai meninggalkan Jokowi?
"Pak Gubernur belum tentu menang,” ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta, Kamis (24/4/2014), sebagaimana ditulis banyak media. Pernyataan itu disampaikan Ahok saat ditanya wartawan atas sejumlah survei yang menempatkan namanya sebagai salah satu sosok potensial menjadi calon wakil presiden mendampingi Jokowi.
Pertanyaan yang dijawab Ahok dengan dingin. "Aku nggak mau mikirin itu. Aku serahkan saja sama porsi partai politik. Mereka yang menentukan."
Pernyataan yang terkesan mengecilkan Jokowi itu bukan yang pertama dilontarkan Ahok dalam beberapa waktu terakhir. Februari lalu, media memuat sikap Ahok dalam soal monorel seolah berseberangan dengan Jokowi. Jokowi seperti 'pasang badan' untuk PT Jakarta Monorail. Meski sampai saat ini proyek tersebut cenderung mandek, Gubernur tetap meyakini proyek senilai Rp 15 triliun itu akan selesai tepat waktu.
"Ya harus optimistis, kalau ndak optimis, ndak usah kerja," ujar Jokowi di Balai Kota, waktu itu. Tak hanya optimistis, Jokowi juga menegaskan pembangunan proyek tersebut tetap dipegang oleh PT Jakarta Monorail.
Sikap itu berbeda dengan Ahok, wakilnya. Tak hanya menyebut PT JM tidak bonafid, Ahok bahkan mengancam apabila batas waktu penyelesaian proyek dan izin pembangunan lewat, ia menegaskan izin pembangunan akan dicabut.
"Kemarin sih udah ada laporan, mereka udah lapor. Tapi kita sekarang belum tau dia nggak jalan atau jalan. Cuma kita antisipasi, kalau loe nggak jalan, gue cut! Kalau dia nyerah sendiri, ya dicabut izinnya,” kata dia.
Ahok juga sempat melontarkan kalimat bernada yang disebut media mengandung ancaman. “Liat aja, tungguguejadi gubernur,” kata Ahok dengan gayanya yang khas.
Tentu saja kenyataan itu agak ganjil. Tidak hanya karena seharusnyaAhok berkonsentrasi menjadi pejabat yang mendukung atasan, tetapi juga aneh buat pasangan yang sebelumnya selalu terlihat solid itu.
Fakta lainnya terkait pernyataan Ahok soal busway karatan. Ahok tampak tak punya beban ketika mengaitkan kasus itu dengan Michael Bimo Putranto, yang disebut-sebut anggota Tim Sukses Jokowi dalam Pilkada 2012. " Itu anak (Michael Bimo Putranto)emangdari dulu di Solo suka begitu. Dia suka ada proyek, sukangaku-ngaku deketPak Jokowi.Manfaatin, foto-foto. Dia klaim," ujar Ahok kepada wartawan.
Apalagi manakala 14 Maret lalu Jokowi resmi menjadi calon presiden dari PDI Perjuangan. Dari situ mulailah muncul sas-sus soal memanasnya hubungan pasangan yang selalu disebut-sebut mitra politik paling serasi itu.
Di tengah itu semua, tiba-tiba awal April ini di You Tube beredar video berjudul 'Don't Change The Winning Team'. Video berdurasi 3,45 menit itu menampilkan kekompakan pasangan Jokowi-Ahok saat berkampanye Pilkada DKI Jakarta, 2012 lalu. Tetapi di video itu dituliskan adanya kekuatan yang memisahkan pasangan tersebut. Disebutkan, Jokowi yang maju sebagai capres 2014 itu meninggalkan Ahok sendirian di Jakarta. Padahal, pasangan Jokowi-Ahok disebutkan merupakan duet yang serasi.
Belum jelas pengunggah video tersebut, kecuali nama anonim 'Arjuna Tanpa Panah'. Tetapi pesannya jelas, video itu menyindir Jokowi yang ‘tega-teganya’ meninggalkan Ahok sendirian mengurus Jakarta, sementara ia melaju sebagai capres.
Tetapi Ahok sendiri bukan tak pernah membantah isu adanya gesekan dalam hubungannya dengan Jokowi. Akhir bulan lalu, saat ditanya wartawan Balai Kota, Ahok membantah. "Hingga hari ini kami saling menaruh kepercayaan,” kata Wagub.
Sepertinya, Ahok tengah terjepit di antara dua figur besar. [dsy]
No comments:
Post a Comment